13 Agustus 2025 /
747 Viewers

Dukung Pendidikan Inklusif dan Adaptif, Stimulant Institute dan Unipas Teken MoU

Morotai, 13 Agustus 2025 — Dalam langkah strategis untuk memperkuat sistem pendidikan yang inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan anak, Stimulant Institute melalui program KREASI resmi menjalin kerja sama dengan Universitas Pasifik Morotai (Unipas). Penandatanganan perjanjian kerja sama ini mendapat dukungan penuh dari jajaran pimpinan Unipas, termasuk Rektor, yang menekankan pentingnya kolaborasi antara lembaga pendidikan tinggi dan organisasi masyarakat sipil dalam menjawab tantangan pendidikan masa kini.

Stimulant Institute menyatakan komitmennya untuk mendukung Unipas, khususnya dalam pengembangan kapasitas di bidang pendidikan dan perlindungan anak. Fokus kolaborasi ini mencakup penyusunan kurikulum berbasis konteks lokal, pelatihan bagi dosen dan guru, serta integrasi isu-isu strategis seperti konservasi lingkungan, perubahan iklim, dan pendekatan GEDSI (Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial) ke dalam praktik pembelajaran.

Iswan, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Unipas, secara khusus mendorong agar program KREASI mengangkat isu konservasi lingkungan sejak dini. Masukan ini disambut positif oleh tim Stimulant, yang menegaskan bahwa aspek lingkungan dan perubahan iklim merupakan bagian integral dari pendekatan KREASI. Hal ini mencerminkan pentingnya membangun kesadaran ekologis di kalangan anak-anak dan orang muda sebagai bagian dari pendidikan karakter dan tanggung jawab sosial.

Kerja sama ini akan diwujudkan melalui serangkaian langkah konkret yang dirancang secara teknis dan terstruktur. Langkah pertama adalah melakukan bedah kurikulum secara bersama untuk mengidentifikasi kesenjangan antara materi pembelajaran saat ini dengan kebutuhan riil di lapangan. Proses ini akan mengacu pada Kurikulum Nasional dengan pendekatan deep learning dan pembelajaran berdiferensiasi.

Selanjutnya, akademisi dari Unipas akan dilibatkan dalam pengembangan materi ajar yang kontekstual serta responsif terhadap dinamika lokal di Morotai. Selain itu, akan dilakukan pendampingan teknis untuk mengintegrasikan isu perlindungan anak dan inklusi sosial ke dalam kegiatan belajar-mengajar. Upaya ini akan diperkuat melalui pelatihan dan lokakarya bagi dosen dan guru untuk merancang pendekatan pedagogis yang berbasis hak anak serta nilai-nilai keberlanjutan.

Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, mahasiswa juga akan didorong untuk secara rutin melakukan praktik belajar-mengajar di wilayah intervensi program KREASI. Hal ini bertujuan memperkuat keterhubungan antara teori yang diperoleh di kampus dan praktik langsung di lapangan.

Di sisi lain, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unipas, yang tengah menyusun kurikulum baru, berencana melibatkan Stimulant Institute sebagai mitra strategis dalam proses pengembangannya. Kolaborasi ini diharapkan menghasilkan kurikulum yang tidak hanya relevan secara akademik, tetapi juga peka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang dihadapi anak-anak di Morotai.

Kerja sama ini bukan sekadar penandatanganan dokumen, melainkan awal dari sebuah gerakan kolektif untuk mewujudkan sistem pendidikan yang inklusif, adaptif, dan berorientasi pada masa depan anak. Melalui sinergi antara pengetahuan akademik dan pengalaman lapangan, Stimulant Institute dan Unipas menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektor adalah kunci untuk menjawab tantangan pendidikan di era perubahan global.(SI/ Red)